Apa yang Sebenarnya Aku Butuhkan?

November 15, 2017

merenung...

Beberapa hari ini, karena harus istirahat, jadi terpikir banyak hal. Salah satunya, "Apa sih yang aku butuhin dalam hidup ini?" Apa yang aku mau sebenernya.. Aku tuh ingin kemana..

Semua pikiran berkecamuk. Mulai dari yang positif sampai yang negatif. Semua jadi satu.
Sampai aku berpikir, aku ingin ini dan itu. Aku harus begini dan begitu. Aku perlu kesana dan kesini. Yang sayangnya, semua itu melahirkan keinginan-keinginan baru yang tak pernah selesai.

Apa sebenarnya yang salah dalam diriku? Mencari semangat juga tak mampu.

Mungkin memang aku jenuh dan bosan. Rutinitas sehari-hari, pekerjaan yang seperti pola, mencari ide tentang banyak hal, sampai lupa dengan banyak hal.

Dan kemudian aku jatuh dalam gua kebosanan.

Hingga berunjung, aku butuh sesuatu yang baru agar hidupku tak membosankan. Atau apakah aku harus mendatangkan masalah?

Ah ya, aku baru ingat. Mungkin aku juga terlalu lelah. Lelah bertemu dengan banyak orang, lelah mengharuskan aku lebih banyak berbicara. Lelah harus terus berbasa-basi. Hingga tak ada ruang sendiri. Aku baru sadar akan hal ini. Ya, beberapa waktu terakhir ini, aku nyaris tak memiliki waktu untuk diri sendiri.

Sebagai seorang introver, aku memang membutuhkan ruang untuk sendiri. Semudah menjauhkan diri dari gawai dan keramaian, untuk sekedar menulis atau membaca novel. Atau hanya untuk berkeliling di sekitaran Bandung, sendiri saja, untuk menemukan "sesuatu" bernama kisah dan makna. Ini dibahas secara ilmiah dalam buku "Mendengar Nyanyian Sunyi" yang ditulis oleh Urfa Qurrota Ainy. Nanti akan ku review buku ini, setelah selesai membacanya.

Kembali lagi.

Aku lupa memberi ruang untuk diriku beberapa waktu terakhir ini.

Mungkin, inilah sebab awal aku merasa jenuh. Aku merasa bosan dan terkurung. Aku merasa perlu menemukan keinginan-keinginanku tersebab bosan. Aku merasa perlu menemukan banyak hal baru. Padahal sebenarnya keinginan itu hanya pelampiasanku.

Ternyata, aku hanya lupa mengisi dayaku, yang perlahan aku semakin lemah bahkan bisa saja "mati", layaknya ponsel yang lupa kita charge.

Aku harus memberi ruang untuk diriku sendiri. Aku tak menolak untuk bertemu orang lain, atau aku juga tak anti untuk berbicara. Hanya perlu merenung agar aku "hidup" kembali.

Dan ku akui, aku juga butuh mengisi daya ku. Yang perlu diisi adalah hati, pikiran, dan fisik.
Nge-charge fisik dengan ibadah. Nyegerin suasana hati sambil dzikir dan baca Al Qur'an. Mengisi pikiran yang kusut dengan membaca buku. Dan menenangkan diri dengan datang ke masjid atau majlis ilmu.

Sesederhana itu. Dibanding segala keinginan yang sering kita jadikan tumbal atas kegelisahan hati.
Isi daya diri secara berkala. Biarkan dirimu menjadi alarm untuk diri sendiri. Agar sebelum waktunya habis, kau telah terisi kembali.

Dan kini, aku kini menemukan jawaban darj pertanyaanku di awal, "Apa yang sebenarnya aku butuhkan?"

*** 
Nyatanya, aku menemukan jawabannya bukan sebelum menulis, tetapi ketika menulis. Menulis kuakui bisa menjadi jawaban atas kegelisan hati.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews