Setiap Manusia yang Bernyawa akan Merasakan Kematian

August 04, 2013


Banyak banget yang berkeliaran di otak akhir-akhir ini, terlalu banyak malah. Dan yang pertama ini tentang KEMATIAN.

Jarang, bahkan rasa-rasanya enggan jika berpikir tentang kematian, tapi tanpa disadari kita selalu berjalan kearahnya, mendekati hari dipanggilnya kita oleh Allah. Seperti kata Deddy Mizwar dalam Film Sinema Para Pencari Tuhan, "setiap orang berjalan mendekati ajalnya,". 

Perenungan ini dimulai ketika baru saja ada dua orang adik kelasku di pondok yang meninggal. aku mulai berpikir, jika mereka saja dapat dipanggil oleh Allah, kenapa kita tidak mungkin?? Jadi, tidak ada alasan masih muda, belum sukses, belum nikah, dan kita enggan mengingat kematian. Malaikat izrail tidak pandang umur mencabut nyawa seorang manusia sesuai perintah Allah.

Kullu nafsin dzaaiqatul maut... 
Setiap manusia yang bernyawa akan merasakan kematian". 

Dan tidak hanya diingatkan oleh itu, baru dua hari yang lalu, seorang teman ummi meninggal. Meninggal di hari Jum'at dan di akhir bulan Ramadhan, bukankah itu pertanda kematian yang baik? Kata ummi, jenazahnya seperti tidur, bersih dan tersenyum. Seorang ukhti ini memang dikenal baik, tidak pernah mengeluh dengan penyakit yang dirasanya, dan ketika hari Rabu (dua hari sebelum ia meninggal), ada yang datang menjenguk, ketika ia sadar, ia selalu menyebut kalimat takbir dan Laa ilaha illallah

Mungkinkah? Mungkinkah akhir hidupku, akhir hidup kita akan sebaik itu? hanya Allah yang tahu.

O, iya, waktu belajar di pondok, pernah dibacakan hadits yang panjang sekali tentang kematian di kitab Alwajiz. Aku share intisarinya aja yah... 

Ada perbedaan yang sangat ketika seorang mukmin dan seorang kafir yang meninggal dunia. Tujuh langkah sepeninggal orang-orang yang menguburkan kita, datanglah malaikat munkar dan nakir, bertanya akan tiga hal pokok, "Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Dan apa agamamu?" Orang mukmin tentu akan menjawab dengan lancar ketiga pertanyaan, sedangkan orang kafir, menjawab dengan "aaah.. aku tidak tahu," kemudian malaikat menghukumnya. 
Ketika ruh seorang mukmin akan dicabut, malaikat perlahan sekali mencabutnya, bahkan dikatakan, malaikat pun tidak tega untuk mencabutnya, karena tidak ingin seorang mukmin tersebut merasakan sakit. Dan ketika ruh tersebut diambil dan dibawa kepada Allah, setiap penduduk langit bertanya, ruh siapakah itu, maka malaikat menjawab ruh fulan bin fulan. Ruh seorang mukmin mengeluarkan wewangian yang sangat harum, dan ditunggu kedatangannya oleh penduduk langit. Allah menjanjikan surga bagi orang
sedangkan, ruh seorang kafir, malaikat mencabut tanpa ampun dan tanpa perasaan, dan ketika ruh tersebut diangkat ke langit, bau busuk pun tersebar, hingga dilemparkan kebawah, naudzubillahi min dzalik. 

Tidak ada yang tahu, akan dalam keadaan apa kita meninggal nanti, di tanah mana kita akan wafat. Dan keadaan akhir hayat seseorang bergantung kepada amalan sehari-harinya.

Umar bin khaththab radhiyallahu'anhu memilki cincin di jarinya yang bertuliskan, "cukuplah kematian sebagai peringatan bagimu, umar." Beliau menuliskan hal tersebut, supaya selalu mengingat kematian yang bisa kapan saja menghampiri. Dengan mengingat kematian, takut sekali melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah.


Ya Allah.. Tuhan pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan islam dan gabungkanlah aku kepada golongan orang-orang yang shaleh." 
(Qs. Yusuf : 101)


أَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ وَبَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ
 الْمَمَاتِ وَلَذَّةَ نَظَرٍ إِلَى وَجْهِكَ وَشَوْقًا إِلَى لِقَائِكَ

“Ya Allah, aku mohon ridho (dalam hatiku) sesudah keputusanMu, kesejukan hidup setelah kematian, kelezatan memandang wajahMu dan kerinduan berjumpa denganMu.” 
(HR Ahmad 20678)


You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews