Memilih Bertahan

December 09, 2015


“Mengapa kakak masih mencintainya jika setiap hari yang kakak terima hanya luka?”

Kakak membalas gertakanku dengan senyum bergetar. Sementara air matanya tidak berhenti menetes.

“Aku nggak ngerti sama kakak. Siang kakak datang ke rumahku hanya untuk menangis. Tapi, malam, bersama suamimu, kakak tersenyum seperti tak pernah terjadi apapun. Kakak sadar nggak sih? Kakak udah diperbudak dengan cinta!!” amarahku kali ini sudah tak tertahan lagi. Ini bukan yang pertama, ia bercerita dan selalu mengatakan “semua akan baik-baik saja”

Apanya yang baik-baik saja? jika ia selalu datang menangis kepadaku bercerita,“hari ini kakak iparmu mendapatkan pesan mesra dari narasumbernya. Aku tahu ia tak akan menggubrisnya. Aku tahu mereka hanya berhubungan baik saja, aku percaya dia”. Padahal, kakak sebenarnya sangat tahu, hubungan itu sangat istimewa dan kakak menyembunyikan ini di depan suaminya, seolah tak pernah tahu.

“Semua akan ba...” kata itu terucap kembali dari mulutnya. Aku bosan mendengarnya!

“Semua akan baik-baik saja, kak? Iya? Sampai kapan? 10 tahun kamu membina pernikahan dan kamu selalu begini, kenapa kamu masih bersama laki-laki itu?”

“Karena aku... aku cinta dia, adikku...” kakak terisak melanjutkan, “hanya... satu perilakunya itu yang aku tak suka. Selebihnya, aku sangat dan harus tetap mencintainya. Selamanya.”

***

Pagi ini, aku kembali menangis, seperti yang kakak lakukan lima tahun lalu. Entah sudah berapa kali sarapanku berteman dengan air mata. Tetapi, saat malam aku menggantinya dengan senyuman terindah. Untuk siapa lagi? Hanya untuk suamiku.

Kakak, aku tahu mengapa dulu kakak tak pernah memutuskan pergi meski suami kakak selalu berkhianat. Cinta kan, kak? Bertahun-tahun, aku baru mengerti cinta itu selalu memberi. Bukan bahagianya saja, tetapi sakitnya harus diperjuangkan. Sekarang aku mengalami seperti yang kakak rasakan dulu. Perih. Tapi aku harus bertahan demi alasan yang tidak masuk akal. Ada harga yang harus dibayar untuk bisa bahagia sepert kakak sekarang.

Bagai kaset yang diputar, semua ingatan masa lalu itu kembali dan.... terjadi kepadaku.

-----
Penggalan cerita di atas masih satu inspirasi dengan tulisan ini Kemarin iseng ikutan lomba bikin Cerita Mini dari Bentang Pustaka. Ceritanya cuma 300 kata, makanya langsung nulis, ngirim, dan alhamdulillah menang! hehe, ini jadi hiburan pas lagi "mumet" skripsi. Niatnya sih, ingin membuat cerita ini secara lengkap tapi talinya masih kusut, jadi perlu diluruskan atau ditarik ulur. Mungkin, setelah skripsi selesai atau bisa jadi diselang-selang ngerjain skripsi.

Oiya, aku belum nemu judul yang cocok. Pada saat dikirim ke Bentang, judul yang aku pakai "Masa Lalu dan Kembali" tapi, sampai sekarang belum sreg sama judulnya. Diganti disini, sepertinya judul ini lebih cocok.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews