Resensi Hujan - Tere Liye

January 28, 2016

HUJAN, KENANGAN DAN PENERIMAAN

Gambar diambil dari sini

Judul : HUJAN
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Januari 2016
Tebal : 320 halaman; 20 cm
Cover : Soft Cover

"... Tetapi sesungguhnya, bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi Menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." -- Elijah

"Lail, apakah kamu akan menghapus semua benang merah?" Elijah Mengulang pertanyaan. Dia butuh konfirmasi terakhir.

Lail Mengangguk.


--

Tentang Persahabatan. Tentang Cinta. Tentang Perpisahan. Tentang Melupakan. dan tentunya Tentang Hujan. Demikianlah sinopsis singkat dari novel terbaru Tere Liye yang bisa kita baca di belakang cover novelnya. Lalu, berkisah tentang apa novel ini?

Lumpuhkanlah ingatanku - hapuskan tentang dia - hapuskan memoriku tentang dia.
Ketika membaca novel ini, saya langsung teringat lagu itu yang populer beberapa waktu lalu. Tokoh utama dalam novel ini, Lail, seorang gadis berusia 21 tahun yang ingin melupakan hujan. Ia mendatangi Elijah paramedis senior di bidang saraf otak dan bercerita seluruh kisah dalam hidupnya. Elijah mendeteksi lewat tablet setipis HVS untuk melihat kenangan apakah yang sedang Lail ceritakan dan membentuknya menjadi peta saraf membentuk benang biru, kuning, atau merah. Jika itu kenangan menyenangkan, maka garis saraf tersebut menyiratkan benang biru. Jika benang merah, berarti itu kenangan menyakitkan.

Teknologi saat itu jauh lebih canggih karena novel ini bercerita di masa depan, tahun 2042-2050an. Tak heran jika ada peralatan medis untuk menghapus kenangan. Bahkan, mobil tidak lagi menggunakan supir, headset dibentuk seperti anting, dan sebagainya.

Bukan sekedar novel roman yang berkutat pada masalah percintaan, tetapi dalam novel ini juga dikaitkan dengan hal ilmiah. Pengalaman yang dialami oleh Lail tidak terlepas dari peristiwa penting bumi. Di masa depan, iklim sangat kacau, apalagi selepas Gunung Tambora meletus -di mana kisah Lail bermula. Daerah subtropis mengalami musim dingin berkepanjangan yang kemudian dengan kekuatan teknologi pemerintah setempat meluncurkan pesawat ulang-alik, menyebar anti gas sulfur dioksida di lapisan stratosfer. Sayangnya pengiriman pesawat tersebut justru semakin mengacaukan iklim dunia. Daerah tropis mengalami musim salju, bahkan dalam hitungan tahun, hujan tidak bisa lagi turun di bumi, musim panas berkepanjangan, manusia terancam punah. Keserakahan manusia sendiri lah yang membuat mereka menderita di kemudian hari.

Jika pada Novel Tere Liye lainnya, alur cerita di awal novel terbilang membosankan, -terutama pada Novel Rindu- sehingga harus memaksakan diri untuk tetap membaca dan menemukan konfliknya. Namun, tidak dengan novel HUJAN ini. Tere Liye sudah membangun konflik dari awal cerita ketika Gunung Tambora meletus yang membuat Lail menjadi yatim piatu di usia 13 sekaligus bertemu dengan laki-laki 15 tahun bernama Esok -yang kemudian membuat Lail ingin melupakan hujan. Alur cerita maju-mundur masih menjadi pilihan Tere Liye dalam menulis novelnya. Pemilihan alur dalam novel HUJAN ini untuk membangkitkan emosi pembaca.

Lail berprofesi sebagai perawat, sekaligus relawan bersama sahabatnya di Panti Sosial, Maryam. Mereka besar bersama, menjadi remaja istimewa -Seperti Novel Tere Liye serial Anak Mamak. Tampaknya, dalam novel HUJAN ini Tere Liye kembali ingin mengingatkan remaja agar tidak sibuk memikirkan "cinta" atau "pacaran" belaka. Seperti Lail, meski ia berpisah dengan Esok yang memiliki orangtua angkat dan kemudian melanjutkan pendidikan Level 4 di ibu kota, Lail menggantinya dengan berprestasi lewat caranya. Ya. Dalam perjalanan memendam rindunya dengan Esok, Lail tidak menghabiskan dengan "galau" saja, bahkan tidak sibuk "ngepoin Esok di media sosial" tetapi lantas mengikuti ajakan Maryam menjadi relawan. Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa.

Walaupun Kenangan bersama Esok selalu muncul saat hujan.

"Lail, kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun?" Maryam tiba-tiba menceletuk bertanya.
Lail menoleh, menggeleng.
"Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya."

Dalam status Facebook-nya Tere Liye menyampaikan, nama Lail dan Esok dipilih sedemikian rupa saling melengkapi, seperti malam dan siang; atau boleh jadi, dipilih sedemikian rupa dua hal yang tidak pernah bisa ditakdirkan bersatu, hanya bisa saling menyapa saat sunset dan sunrise.

Sayangnya, ada sedikit ketidakkonsistenan dalam novel ini, yaitu tentang tugas pertama Lail dan Maryam ke Sektor 3 atau 4. Pada halaman 120, Jika kalian bersedia, setelah menerima pin besok pagi, kalian akan ditugaskan segera di Sektor 3 selama liburan panjang. Namun, dalam halaman 134 tertulis, Pagi ini kami berangkat ke Sektor 4. Penugasan pertama dari organisasi. Dan selanjutnya berubah menjadi sektor 4. Hal ini sebaiknya bisa diperbaiki kekonsistenannya di cetakan berikutnya. Sebenarnya, saya juga menemukan satu atau dua typo tulisan juga, tapi lupa tidak menandakannya.

Terlepas dari sepercik kesalahan itu, Berbahagialah karena akhir dalam novel ini berbeda dengan Novel "Daun". Masih dalam status Facebook Tere Liye pada 16 Januari lalu menyatakan, ending novel ini tidak seperti "Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin", ending-nya tidak "sekejam" Daun. Tapi boleh jadi kalian akan baper 3x lipat dibanding saat baca Daun, ini novel roman tentang persahabatan, tentang melupakan.

Buat yang ingin move on, bertahun-tahun ingin melupakan "seseorang" tapi terlampau sulit, atau punya kenangan pahit yang masih tersimpan di memoritampaknya tidak salah menjadikan novel HUJAN sebagai referensi. Tapi, akhir ceritanya tidak dijamin akan sama dengan novel ini loh, yah..  Selamat Membaca!

You Might Also Like

1 komentar

  1. Aku belum pernah baca buku karangan Tere Liye, tapi kayanya setelah baca resensimu jadi pengen baca novel HUJAN deh. Salam kenal ya kak. :)

    ReplyDelete

Total Pageviews