Sekuat Keyakinan Hajar pada Allah

September 10, 2017


"Hendak kemana engkau, wahai Ibrahim?" Hajar yang baru saja dibuatkan tenda di Mekkah kala itu, bertanya pada suaminya.

Nabi Ibrahim hanya diam saja. 

Tak mendengar sedikit pun respon dari Nabi Ibrahim. Hajar kembali bertanya hingga tiga kali. Tapi lagi-lagi ia tak mendengar jawaban dari Nabi Ibrahim.

"Apakah engkau pergi karena perintah dari Allah?" Tanya Hajar sekali lagi. Mengubah redaksi pertanyaannya.

"Ya, benar," jawab Nabi Ibrahim

"Kalau begitu, aku yakin Allah tidak akan menelantarkan aku dan bayi kita Ismail disini. Pergilah, penuhi perintah Allah," jawab Hajar dengan keyakinan sepenuh hati.

Nabi Ibrahim pun berangkat meninggalkan Hajar dan Ismail di Mekkah. Jangan bayangkan Mekkah kala itu seperti sekarang. Hanya sebuah lembah, gersang, kosong tak berpenduduk.

Hajar tak memiliki banyak perbekalan. Hanya beberapa kurma dan sedikit air minum. Ia tidak sibuk mengomel kepada suaminya. Karena ia yakin, jika Allah memerintahkan suaminya pergi, pastilah ia tidak akan ditelantarkan begitu saja.

Hari berlalu. Hingga tiba masanya perbekalan habis. Nabi Ismail yang masih bayi menangis karena kehausan. Tak tega melihat anaknya menangis, Hajar mencari bantuan. Meminta pertolongan dengan berlari dari Shafa ke Marwah.

Ia berlari tapi tak menemukan pertolongan. Selesai di putaran ke-tujuh. Ia mendapatkan pertolongan.
Tidak. Pertolongan itu bukan dari manusia. Tapi, datang langsung dari Allah. Di kaki Ismail, keluar air.


"Zam zam.. zam zam.." Teriak Hajar. Ia langsung menggali, agar air itu tidak pergi kemana-mana. Jadilah mata air, yang airnya dapat kita nikmati hingga saat ini.

***

Hajar bisa saja sedih saat Nabi Ibrahim meninggalkan ia dan anaknya di daerah terpencil.
Hajar bisa saja menyerah, ngedumel saat perbekalannya habis dan tidak tahu harus kemana.

Tapi, Hajar tidak melakukan itu. Ia tahu, Allah tidak akan menelantarkannya. Ia sadar, Allah akan menolongnya. Keyakinannya kepada Allah begitu kuat.

Kita, atau aku sih sebenernya masih sering ngeluh kala sesuatu terjadi di luar kontrol kita. Ketika realita ga sesuai sama pikiran, sibuk ngedumel "kenapa sih gini?", mudah menyerah.

Karena ternyata belum sepenuhnya menyerahkan segalanya kepada Allah. Masih ragu kalau Allah akan menolong hambaNya. Masih sering berharap kepada selain Allah.

Jadilah seteguh Hajar. Kuatnya keyakinannya kepada Hajar patut dijadikan teladan. Ia yakin kepada Allah, meski ia tidak tahu bagaimana Allah akan menolongnya.

Ia percaya sepenuh hati.

***

Kisah terinspirasi dari Tausiyah Kamis Pagi Santri Karya Daarut Tauhiid. Dibuat jadi skrip "Khazanah MQ", sekarang ditulis di blog, saking ngerasa terkesannya dengan kuatnya keyakinan Hajar Istri Nabi Ibrahim. 

Semoga keyakinan kita kepada Allah, bisa sekuat Hajar Istri Nabi Ibrahim.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews