Takut Menikah?

June 24, 2018

Aku takut menikah.
Itu yang aku rasakan tahun-tahun lalu.

Aku takut nggak bisa jadi istri yang baik. 

Takut.. Kelak nggak bisa mendidik anak-anak dengan baik, padahal sebagai ibunya, aku kan madrasah pertama untuk mereka. 

Dan yang paling aku takutin, takut dengan berbagai polemik di dalamnya. Gimana kalau beda pendapat sama suami, beda pikiran mendidik anak, dan pikiran drama lainnya...

Aku takut. Itu yang aku rasakan...

Kenapa takut dengan masalah?

Menikah itu melaksanakan separuh agama. Seperti Sabda Rasul, "Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada setengah sisanya."

Menjalani separuh agama tentu nggak akan diisi romantisme doang kan? Pasti banyak ujiannya. Hadiahnya Surga pula ketika ta'at sama suami. Kala itu, aku berpikir, "apa aku mampu nanti menjalaninya? Kalau aku nggak cinta sama suami gimana? Kalau nyerah di tengah jalan gimana?"

Aku nggak mau hal itu terjadi. Ketakutan itu juga jadi alasan saya sulit melangkah maju. Hm... Menakuti sesuatu yang belum terjadi.

Akhirnya aku sadar, perlahan aku harus mengubur rasa takut itu dengan banyak belajar.

Belajar dari berbagai sumber. Ummi, teman-teman yang sudah menikah, dan tentunya lewat ceramah para ustadz mengenai pernikahan dan  baca buku pernikahan. Hm, aku agak selektif memang memilih materi mengenai pernikahan ini, maksudnya.. nggak mau kalau ceramah atau bukunya cuma ngomporin nikah aja..

Sejauh ini, buku yang paling aku suka "Wonderful Journey"-nya Pak Cahyadi Takariawan, paling bagus untuk dibaca. Detail sekali pembahasannya tentang kehidupan sebelum memulai rumah tangga.

Dalam sesi belajar yang sering magernya, wkwk, aku ngerasa masih banyak yang harus disiapin untuk menikah. Ketakutan itu (lagi-lagi) bikin aku ngerasa harus belajar lebih. Dalam pencarian ilmu tersebut, akhirnya aku dipertemukan dengan Institut Ibu Profesional (IIP).

Apakah ini sebuah kebetulan? Kurasa tidak 😂

***

Bergabung di IIP

Awal tahun lalu, teman di kantor, Teh Leni cerita kalau gabung di Institut Ibu Profesional (IIP). Denger ceritanya, aku tertarik. Tapi, aku mikir lagi, ah tapi kan aku belum nikah. Nanti aja deh suatu saat kalau udah nikah...

Pas buka batch 5 akhir tahun kemarin, eh jadi tertarik karena baca review salah satu penulis di Tumblr yang ikutan IIP dan kondisinya dia juga belum nikah. Selesai baca tulisan itu, akhirnya daftar deh.. Bareng sama Teh Lilis juga, yang masih satu kantor.

Daftarlah IIP. Setelah daftar, kita akan masuk di kelas Foundation, kelas persiapan untuk matrikulasi. Kurang lebih satu bulan, baru setelah itu, daftar ulang dan masuk kelas matrikulasi, sekaligus jadi member IIP.

***

Tak Sendiri

Kabar baiknya, aku nggak sendiri loh yang belum nikah. Ada yang dalam waktu dekat akan menikah tapi ada juga yang seperti aku, yang masih jadi rahasia Illahi, hehe.

Mayoritas emang sudah pada menikah, ada beberapa juga yang pejuang single parent. Tapi yang aku suka dari semua itu, semangatnya! Padahal kami sekelas belum pernah ketemu, belum kenal, tapi kayanya udah akrab gitu. Kami saling cerita, memberikan semangat, dan pastinya belajar bareng!

Dan yang kaya gini, bikin aku jatuh cinta dengan suasana kelasnya. Suasana hangat ini jadi nilai plus buat aku yang susah adaptasi, seengaknya aku jadi semangat ngikutin kelasnya. Terima kasih untuk teteh-teteh kelas Matrikulasi Batch 5 Bandung 4 yang terus membersamai.

***

Apa aja yang dipelajari di Kelas Matrikulasi?

Sebelum kelas dimulai, kita belajar dulu mengenai Adab menuntut ilmu. Karena ilmu tidak akan masuk kalau akhlak kita tidak dijaga. Terbukti, dengan anggota IIP yang ribuan dan tersebar di berbagai wilayah bahkan negara, nggak ada yang copas dan share ke grup lain tentang materi setiap pekannya.

Seperti nama kelasnya, Matrikulasi, di sini kita dikenalkan tentang ilmu-ilmu yang akan kita pelajari di kelas inti nanti, yaitu Kelas Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif, dan Bunda Saleha. Setiap pekannya, kita dikasih bocoran ilmu tentang keempat kelas di atas. Semacam persiapan.

Nah.. Di kelas matrikulasi ini, poin utama yang aku dapetin, belajar mengenal diri sendiri. Menyelesaikan masalah pribadi, memaafkan luka lama, dan membuat tujuan hidup.

Eh kok fokusnya ke diri sendiri?
Karena segalanya tergantung pada sosok Ibu, sebagai manajer rumah tangga.

Di awal perkuliahan, Pendiri IIP, Septi Pendi Wulandari mengatakan, "Ibu itu salah satu arsitek peradaban. Bagaimana bisa membangun peradaban, kalau diri kita sendiri masih tuna adab."

Selain itu, luka masa lalu kita bisa berdampak ketika kelak mendidik anak. Atau yang dikenal dengan inner children. Jadi, kita belajar untuk menerima, memaafkan, dan memahami mengapa aku terlahir menjadi "aku", di keluarga ini, dan di lingkungan sekarang.

Masih seperti kata Bu Septi, "Orang yang belum selesai dengan masa lalunya, akan menyisakan banyak luka ketika mendidik anaknya."

***

Materi dan Nice Home Work Setiap Pekan

Apakah belajarnya offline? Sebenarnya ada yang offline (tergantung lokasi), tapi aku ikutnya kelasnya online. Belajarnya via whatsapp dan Google Classroom.

Setiap pekan akan diisi dengan materi baru, NHW / Tugas, diskusi, dan aliran rasa.

NHW IIP yang selalu aku kerjain Senin pagi di kereta dalam perjalanan ke kantor (deket deadline banget ngerjainnya 😂), bikin aku lebih mengenal diri sendiri. Terutama tentang tujuan hidup. Akan seperti apa saya ke depannya.

Seringkali, ketika ditanya, "Zulfa, kalau udah nikah dan punya anak akan tetap kerja kah?" Atau pertanyaan, "Berapa lama akan kerja di MQ?"

Aku suka bilang, Menikah dan punya anak yang kemungkinan besar mengubah apa yang aku jalani saat ini. 

"Lalu setelah itu apa?" Aku hanya menggeleng dan menjawab dengan tidak yakin. Sembari meragukan diri sendiri, nanti betah nggak yah di rumah terus.

Keraguan itu terjawab di IIP. Kita belajar supaya tidak terjebak rutinitas. Mengerjakan pekerjaan domestik atau publik tanpa merasakan maknanya. Nah, itulah kenapa di sini dibahas tentang mengatur jadwal sehari-hari, mengenal bakat dan apa yang akan kita kembangkan dari bakat dan potensi yang kita punya.

Ini ngebantu banget loh! Dan aku ngerasain perubahannya meski belum full 100%, seenggaknya pagi-pagi udah nggak gogoleran lagi kalau di kosan.

Dan yang aku suka, di IIP tidak mengkotak-kotakkan wanita karier, Ibu Rumah Tangga. Karena prinsipnya, selesaikan urusan domestik terlebih dahulu sebelum terjun ke ranah publik. Semuanya berawal dari rumah.

Setiap materi dan tugas ada diskusi juga dengan Fasilitator kelas. Dan... Jawaban dari setiap pertanyaan kami, selalu dijawab oleh Fasilitator dengan gaya bahasa yang lembut dan menenangkan. Adem deh pokoknya dan kadang membuat mata berkaca-kaca. Sering jawabannya aku bintangin, padahal yang nanya bukan saya. Tapi, seakan jawabannya terwakili.

Ini juga menjadi alasan kenapa aku cocok belajar di IIP. Karena pendekatannya tenang dan berperasaan banget, hehe. Aah, makasih banyak Fasilku, Teh Gina Arina. Semoga Allah memberkahi teteh dan keluarga.

Dan tentang NHW, ada satu NHW yang paling aku suka.. apa coba? Bikin surat cinta untuk suami wkwkwk. Karena aku belum nikah, jadi buat calon suami di masa depan. Surat cinta yang bakal dikasihin kala Ijab Qabul Usai.

Kenapa jadi favorit? Karena setelah nulis ini, jadi berbunga-bunga, padahal kan belum tahu siapa suami nanti. Aneh kan? Wkwk

***

Kesulitan Mengikuti Materi

Oiya, kesulitan nggak sih ikut materinya kan belum nikah?
Sempat ada beberapa tugas yang bikin aku kesulitan, kaya gimana menjalankan peran sebagai seorang istri (kelak). Ini nggak kebayang sih. Kalau jadi Ibu masih kebayang-bayang.

Tapi, kalau jadi istri? Kepikirannya, nyiapin sarapan? Nyetrikain baju? Temen curhat? Yah begitulah kira-kira. Di sini artinya, aku masih harus banyak baca lagi tentang peran seorang istri.

Jadi, untuk yang belum menikah, baru menikah, dan udah jadi seorang ibu, IIP ini bisa jadi referensi kita belajar untuk menjadi perempuan corong perubahan. Yang ingin sukses sebagai istri dan seorang ibu.

Dan belajarnya nggak sampe matrikulasi aja. Ada tahapannya juga, Kelas Bunda Sayang > Bunda Cekatan > Bunda Produktif > dan Bunda Saleha. Jadi prosesnya emang panjang. 

***

Ingin Ikutan IIP?

Semenjak ikutan IIP, banyak yang nanya, "udah dibuka pendaftarannya belum?" "Cara daftarnya gimana?" 

Nah, kebetulan banget, sekarang lagi dibuka untuk Batch 6 ini. Dibuka pendaftarannya besok! 25 Juni 2018 jam 10 pagi. Informasi selanjutnya bisa buka website IIP atau follow instagram @institut.ibu.profesional.

Kalau masih penasaran gimananya atau ragu mau gabung atau enggak, bisa didengar talkshow bersama IIP di Radio MQFM Bandung dalam Program Rumahku Surgaku, setiap Sabtu jam 10.00 - 11.30. Bisa streaming juga di www.mqfmnetwork.com

***

Terakhir, aku bersyukur banget bisa kenal IIP. Aku kenal dan bisa daftar IIP, ini pasti bukan kebetulan, tapi Allah ngasih jalan buat aku belajar dan menghilangkan rasa takut yang berlebihan.

Lewat IIP, alhamdulillah aku bisa ngontrol rasa takut ini. Ya... walaupun sampai saat ini, aku nggak tahu gimana kehidupan aku kelak setelah menikah, itung-itung bekal buat di waktu yang akan datang. 

Terakhir, kini aku bersyukur diberi rasa takut dan khawatir tentang menikah oleh Allah, sehingga Allah sediakan ruang bagiku untuk belajar. Selalu belajar. Tanpa henti. 

Terima kasih IIP!

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews