Dengarkan Suasana Hati

November 23, 2018

Kalau hatimu merasa kecewa, apakah kamu mendengarkannya? Atau mengabaikan emosi yang kamu rasakan?

Aku termasuk yang sering mengabaikan dan menggantinya dengan kalimat "menghibur".

"Kamu jangan sedih. Ngga boleh nangis, nggak usah sakit hati!" Perintah hati kecilku.

Sedekali bagus, tapi lama-lama aku jadi nggak peka sama perasaan aku sendiri. Apalagi aku anaknya feeling banget, segala sesuatu dikaitkan dengan perasaan, terus perasaan yang aku rasain malah aku abaikan gitu aja.

Akhirnya, bulan ini aku mulai mendengarkan suasana hati aku, memahami emosi yang aku rasakan. Karena ternyata cerdas bukan saja tentang kekayaan ilmu yang kita miliki. Tapi bagaimana kita cerdas secara spiritual, menghadapi tantangan, dan juga cerdas mengenal dan memahami emosi kita.

Cerdas emosi inilah yang aku latih bulan ini dalam kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (IIP). Selama 10 hari aku coba dengerin suara hati. Menyadari apa yang sudah aku akui.

Semudah mengakui,
"Aku sedih sakit. Kesel, nggak bisa ngapa-ngapain..."

"Oh, kangen itu kaya gini yaaah rasanya.. kangen tapi nggak bisa bilang,"

"Aku seneng, bahagia hari ini bisa jalan-jalan. Nggak usah mikir atau takut kalau besok akan sedih, hari ini aku boleh bahagia ko..."

"Aku sedih. Ngerasa bersalah..."

Dan banyak perasaan lainnya setiap harinya. Dengan mengakui emosi hati saya, saya jadi lebih percaya ke diri sendiri. Aku juga jadi belajar gimana mengelolanya.

"Iya, ini yang namanya rindu. Kaya yang kamu rasain sekarang. Kamu nggak mesti gimana-gimana, bilang aja sama Allah kalau kamu rindu..."

"Kamu ngerasa bersalah? Iya sih kamu salah maksa dia, ya udah.. besok kalau kamu ketemu anaknya, kamu minta maaf sama dia. Sapa dia aja kaya biasa. Mungkin emang kemarin suasana hatinya lagi nggak baik.."

"Iya. Kamu boleh bahagia, semangat habis konsultasi potensi diri, dan jangan lupa buat bersyukur ke Allah. Bersyukur buat semua nikmatnya.."

Dan banyak lagi keajaiban setiap harinya. Mendengarkan suasana hati, ternyata membuat kita lebih lega.

Sesuai dengan materi dari IIP tentang "Pentingnya Meningkatkan Kecerdasan demi Kebahagian Hidup", ketika kita memahami perasaan sendiri, maka kita dapat mengelola emosi, memotivasi diri, bahkan hingga mengenali emosi orang lain dan baik ketika membina hubungan.

Jadi apa yang kamu rasakan detik ini?

Sudahkah mendengarkan hatimu tentang apa yang ia rasakan saat ini?

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews